Senin, 24 Oktober 2011

piedra

Legenda Piedra

by Grey Antiokha Gonzaga on Saturday, September 24, 2011 at 5:46pm
Di tepi Sungai Piedra aku duduk dan menangis. Ada legenda bahwa segala sesuatu yang jatuh ke sungai ini – dedauan, serangga, bulu burung – akan berubah menjadi batu yang membentuk dasar sungai. Kalau saja aku dapat mengeluarkan hatiku dan melemparkannya ke arus, maka kepedihan dan rinduku akan berakhir, dan akhirnya akupun melupakan semuanya.

Di tepi Sungai Piedra aku duduk dan menangis. Udara musim dingin membuat air mata yang mengalir di pipiku terasa dingin, dan air mataku menets ke air sungai dingin yang menggelegak melewatiku. Disuatu tempat entah dimana, sungai ini akan bertemu sungai lain, lalu yang lain lagi, hingga – jauh dari hati dan pandanganku – semuanya menyatu dengan lautan.

Semoga air mataku mengalir sejauh-jauhnya, agar kekasihku tak pernah tahu bahwa suatu hari aku pernah menangis untuknya. Semoga air mataku mengalir sejauh-jauhnya, agar aku dapat melupakan Sungai Piedra, biara, gereja di Pengunungan Pyrenee, kabut, dan jalan-jalan yang kami lalui bersama.

Aku akan melupakan jalan-jalan, pegunungan, dan padang-padang mimpi-mimpiku – mimpi-mimpi yang takkan pernah menjadi kenyataan.
Aku ingat “saat magis” -ku – saat ketika sebuah “ya” atau “tidak” dapat mengubah hidup seseorang untuk selamanya. Rasanya sudah lama sekali. Sulit dipercaya baru minggu lalu aku menemukan cintaku lagi, dan kemudian kehilangan dirinya.

Aku menulis kisah ini di tepi Sungai Piedra. Tanganku terasa beku, kakiku mati rasa, dan setiap menit aku ingin berhenti.
“Hiduplah. Mengenangnya hanya untuk orang-orang tua,” ia berkata.
Mungkin cinta membuat kita menua sebelum waktunya – atau menjadi muda, jika masa muda telah lewat. Namun mana mungkin aku tidak mengenang saat-saat itu? Itulah sebabnya aku menulis – mencoba mengubah getir menjadi rindu, sepi menjadi kenangan. Sehingga ketika aku selesai menceritakan kisah ini pada diriku sendiri, aku bisa melemparkannya ke Piedra. Itulah yang dikatakan wanita yang memberiku tempat menginap. Ketika itulah – seperti kata salah satu orang kudus – air sungai akan memadamkan apa yang telah ditulis oleh lidah api.
Semua kisah cinta tiada berbeda.

Kamis, 19 Mei 2011


Feelings with no partner is a game of chess you played by yourself
it's still too late to carefully write down your concern
Describing how I love you
Yet you leave me away with a smile

"In Keeping Secrets Of Silent Earth

"In Keeping Secrets Of Silent Earth

by Rossa Risbika Nasarani Putri on Monday, April 18, 2011 at 6:47pm
"In Keeping Secrets Of Silent Earth


A broad incision sits across the evening
The victim to our fathers lost war
The restless children sit and mourn the graves
Of those they've never seen before
Will they be buried here among the dead?
In the silent secret

The pioneers
In dealing with it they march for dawn, of Will and worthy
The truth be told the child was born
Man your own jackhammer
Man your battle stations
We'll have you dead pretty soon
And now
Sincerely written from my brother's blood machine
Man your battle stations
We'll have you home pretty soon
And now

Awake through motion with curiosity to curtain your first move
Over arms length they'll break protocol
Jealous envy for the youngest one
To be the hero is all I'll ask
Can I be buried here among the dead?
With room to honor me here in the end
You'll be better off too soon
You'll be better off when you get home


For you,
I'd do anything just to make you happy, hear you tell me that you’re proud of me
For them,
I'll kill anything cut the throats of babies for them break their hearts for they were them
Waiting for you to say: I love you too

The navigator
The pilot
Her favorite
The one they call the vision that bears the gift

Will,
Do the children really understand the things you did to them?
And why oh why…
Should they conjure up the will for you my love I would kill him
we're coming home pretty soon
Coming home

In the seventh turning hour
Will the victims shadow fall?
Should the irony grow hungry?
With the victory and all they sought for
We were one among the fence
One among the fence

We're coming home

Man your own jackhammer
Man your battle stations
We'll have you dead pretty soon
And now
Sincerely written from my brother's blood machine
Man your battle stations
We'll have you home pretty soon
tonight

Just for you

Just for you

by Rossa Risbika Nasarani Putri on Saturday, April 30, 2011 at 5:44pm
I can't stay now and just wait how my hands then grow so impatient
Many things I've got to do now for the first raise of the morning

Though she dreams in peaceful slender, sleep to me just doesn't come
When she wakes I'll try to tell her everything I have to say

And the night so dark inside me makes me finally understand
With the love that she has given, she can light the sky forever

It's the way she gives so freely, it's the way she takes my hands.
I'll just ask the sun shine brightly got to see her smile again

Then I'll sing the song I've writen and I'll make the whole world listen
In a silence just for you, like no one has ever heard

And I'll wake up all the lovers and I'll keep them there for hours
And we'll do the things we wanted the way that lovers do

Then we'll run into the streets and we'll start to dance like crazy
Cos she wants only to feel joy in the love she gives and needs

And we'll take it as some colors and we'll paint the street and building
Rainbow color everyone those she wants, colors to sing

And we'll play full-filled with flowers, make the street alive with spring
make a place where lovers go, fly the way like lovers know

Then we'll fly into the sky and we'll choose with two star
and our star return the hole world,the love we have, we are

The love we share is sweet the love we know is real
That love is not the dream but last the life than long

Because you love and mine be give without dreaming all we need

catatan malam II

catatan malam II

by Rossa Risbika Nasarani Putri on Monday, April 18, 2011 at 9:30pm
I
Aku ingin memetik bintang untukmu, namun banyak ranting menghalangi.. Kabut malam menyapa keheningan agar ia memelukku erat... Memang tak ada hujan kali ini, namun saput purnama perak menghadirkan getir rindu. Kadang cinta tak membutuhkan rentetan pertemuan. Ia juga sebenarnya hanya butuh momentum sederhana,bukan kedahsyatan.. Aku memang bukan Houdini yang mampu memberi ilusi sempurna pada hatimu, namun aku lebih memilih sebagai tukang kebun yang mampu menghadirkan kuncup mekarnya mawar, maupun tukang sapu yang akan membersihkan luka hatimu. karena sudah kubilang bahwa cinta tidak bisa mempertaruhkan dirinya sendiri...
II
Aku menamakan dirimu sebagai awal kenangan. Aku tak tahu atas apa yang telah terjadi. Kau berhasil memberi goresan baru di hatiku. Meski lukisan membutuhkan banyak warna, namun ia mampu berdiri di atas putihnya kanvas.
III
Tersesat di persimpangan hatiku sendiri. Mengulum getir yang dulu bernama kebahagiaan.. Kerinduan platonis menjadi jalan baru untukku. Memang aku tak seindah purnama malam ini, tapi setidaknya aku bisa menggerakkan jemari untuk merangkai sajak malam meskipun kelam.
IV
mimpi-mimpi telah musnah
yang tinggal hanya air liur batu nisan
mengeja nama
yang pernah ada
dalam hati...
V
selamat malam sunyi... Beberapa hari ini kita bercinta.. Sudah saatnya kita berpisah, meski kau selalu terbangun saat keramaian menusuk hatiku...

dari yang mencintaimu,
Si Bisu

Reminder Of These Heartless Days

I leave this secret with you
Think of it what you will
I've never felt so empty
This place has drained me
This place I could never hate more
I tried to forget what I've once felt or thought
Back when everyone was so genuine
What have I become?
I'm too close to the end
Of these winding down waters
A heartless configuration
A place I call home
It's all gone just...