Minggu, 25 Mei 2014

Back to the Grunge, Flannel Never Die



Awal 1990-an, group band asal Seattle, Nirvana yang dimotori oleh Kurt Cobain mempopulerkan kembali kemeja flanel dengan motif kotak-kotak. Masa keemasan aliran musik grunge saat itu ditandai dengan perubahan pola berpakaian di kalangan anak-anak muda. Tidak ada lagi jaket kulit yang sempat berjaya oleh kalangan glam rock. Trend beralih, mereka beramai-ramai mengenakan kombinasi kemeja flanel, jeans, dan sepatu boots  juga sneakers.
Flanel merupakan icon fashion yang abadi. Pada awal abad ke-20, flanel tidak hanya diproduksi untuk cuaca dingin, tetapi mulai disesuaikan dengan musim-musim yang ada. Dengan memaksimalkan pencampuran kapas (cotton) dengan sutera, flanel kini menjadi lebih tipis dan ringan. Sehingga kemeja flanel dapat digunakan di cuaca yang hangat. Di abad yang sama, flanel masuk ke Amerika Utara. Flanel dengan motif kotak-kotak diidentikkan dengan para pekerja kasar, pekerja lapangan, terutama petani, gembala, pekerja tambang, penebang pohon, dan mereka yang bekerja di luar ruangan. Daya tahan dari bahan flanel, kemudahannya untuk dicuci, dan juga kehangatannya, memungkinkan mereka bebas bergerak dan bekerja dalam jangka waktu yang lama di dalam suhu yang dingin. Sejak saat itu, para penebang pohon identik dengan kemeja flanel dan sepasang sepatu boots.
Selalu berevolusi mengikuti perubahan jaman. Meski identik dengan pekerja lapangan, yang turun di garis depan, flannel tak lekang oleh waktu. Banyak alasan yang menyebabkan kemeja menjadi trend dikalangan wanita dan pria. Kata flanel berasal dari bahasa Wales, yaitu gwlanen, yang artinya “bahan wol”. Menurut sejarah, flanel tercatat ditemukan pada awal abad ke-16 di Wales, dengan sebutan flannelette. Pada saat itu para petani memakai pakaian hangat yang agak tebal untuk melindungi diri mereka dari cuaca dingin dan rerantingan pohon. Di Perancis, istilah flanelle dipakai di akhir abad ke-17. Dan pada awal abad ke-18, di Jerman menyebutnya flanell. Dalam bahasa Inggris ditulis flannel. Awalnya flanel diproduksi secara tradisional dan rumahan. Dibuat dari benang wol yang digaruk pada proses finishing-nya. Di abad ke-18, sejalan dengan adanya Revolusi Industri, terjadi perubahan besar-besaran di dalam praktisi industri. Flanel mulai di produksi secara massal dan menjadi produk pabrikasi. Mengikuti perkembangan jaman, dan mempertimbangkan biaya bahan baku yang tinggi, bahan wol lambat laun mulai digantikan dengan serat kapas (cotton), campuran sutera, dan serat sintetis.
Trend Flanel tentunya dapat ditemui di manapun karena  pemakaian kemeja tersebut memang menjadi salah satu fashion menarik yang dapat dikenakan dalam kesehariannya. Pilihan terhadap keberadaan kemeja flanel memang cukup beralasan karena kemeja tersebut sangat cocok jika dipadupadankan dengan berbagai macam model celana. Di sisi lain, anda juga bisa memadukan kemeja tersebut dengan blazer atau jas sehingga dapat menambah kesan rapih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar